Gorontalo, kabarjejakkasus.id — Suasana dini hari yang lengang di kawasan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Dengilo-Pohuwato mendadak berubah mencekam pada Minggu, (18/05/2025). Tepat pukul 02.00 WITA, dua unit ekskavator—Komatsu dan Hyundai—ditemukan tidak bisa beroperasi. Penyebabnya bukan kerusakan teknis, melainkan aksi Orang Tak Dikenal (OTK) yang mencabut kunci pengoperasian kedua alat berat tersebut.
Insiden ini memunculkan berbagai tafsir. Bagi sebagian orang, ini hanyalah gangguan operasional. Namun bagi mereka yang mengikuti dinamika PETI di Dengilo, peristiwa ini dianggap sebagai manuver serius yang mengganggu keseimbangan kekuasaan.
Menurut seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya, lokasi tambang tersebut berada di bawah kendali kelompok bernama JOKER, sebuah entitas non-formal yang dikenal memiliki sistem pengamanan internal dan relasi kuat di lapangan.
“Ini bukan sembarang gangguan. Yang cabut kunci itu tahu betul apa yang mereka lakukan dan di mana mereka melakukannya. Ini peringatan keras: ada pihak yang ingin merebut pengaruh dari JOKER,” tegas narasumber tersebut.
Menurutnya, aksi semacam ini seringkali menjadi pembuka dari konflik yang lebih besar. PETI bukan hanya soal emas, tapi soal siapa yang punya hak mengatur, siapa yang boleh masuk, dan siapa yang berkuasa atas jalur distribusi serta alat produksi.
“Pencabutan kunci itu simbol. Itu bukan soal mesin berhenti, tapi soal siapa yang bisa membuatnya berhenti. Ada pesan yang dikirim lewat tindakan itu—dan JOKER tahu itu,” lanjutnya.
Beberapa kendaraan tak dikenal dilaporkan melintasi sekitar lokasi tak lama setelah kejadian, memperkuat dugaan bahwa ini bukan aksi tunggal, melainkan bagian dari operasi yang terstruktur dan memiliki arah politik lapangan.
PETI Dengilo, seperti banyak lokasi tambang ilegal lainnya, telah lama menjadi arena konflik kepentingan—antara modal lama dan kekuatan baru yang ingin masuk. Dalam situasi tanpa regulasi negara, kekuasaan dibangun di atas pengaruh dan kontrol atas alat produksi, bukan hukum.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak-pihak terkait yang selama ini disebut-sebut terlibat dalam pengelolaan PETI Dengilo, termasuk dari kelompok JOKER sendiri.
Kini pertanyaan utama yang mengemuka: siapa sebenarnya OTK yang berani mencabut kunci di jantung operasi JOKER? Dan apakah ini akan menjadi awal dari pergeseran besar dalam peta kuasa tambang ilegal di wilayah tersebut?
Satu hal yang pasti—peta konflik di Dengilo telah bergeser, dan ini baru permulaannya.
TimRedakai