Gorontalo, kabarjejakkasus – Aktor tak kasatmata dengan sandi “JOKER” disebut-sebut menjadi dalang utama di balik skema konspirasi pengumpulan atensi dari pelaku Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Pohuwato. Argumen ini datang dari Ato Hamzah, aktivis vokal dari Lembaga Aliansi Indonesia (LAI) Gorontalo, yang menyebut bahwa JOKER telah membangun jejaring kekuasaan informal berbasis manipulasi dan pembiaran kerusakan lingkungan demi keuntungan pribadi.
Menurut Ato, JOKER bukan hanya simbol, tetapi representasi dari kekuatan bayangan yang lihai bermain di balik layar. Ia tidak muncul di permukaan, melainkan beroperasi melalui kaki tangan yang tersebar di lapangan. “JOKER menggunakan taktik senyap. Ia tidak hanya menghilang dari tanggung jawab, tetapi juga menciptakan ilusi kontrol dengan menggiring pelaku usaha PETI untuk tunduk tanpa akuntabilitas,” tegas Ato, Rabu (21/5/2025).
Di balik strategi pengumpulan atensi tersebut, JOKER disebut justru membiarkan kerusakan lingkungan terus berlangsung secara sistemik. Tidak ada upaya mitigasi, tidak ada program sosial, dan tidak ada kejelasan arah kebijakan. “Yang dicari hanya satu: bagaimana keuntungan bisa dimonopoli tanpa diganggu oleh etika dan regulasi,” ujar Ato.
Yang lebih mengkhawatirkan, JOKER diduga menciptakan sistem yang mengaburkan pelaku dan menyamarkan kejahatan struktural. Para pelaku usaha PETI dijadikan alat—diperas atensinya, dijanjikan perlindungan, namun dibiarkan berhadapan dengan konsekuensi hukum dan sosial tanpa backup moral.
Ato menyebut YR sebagai antitesis dari JOKER. Berbeda dengan JOKER yang penuh sandi dan misteri, YR tampil terbuka, hadir langsung di tengah pelaku usaha, dan menjalankan program-program sosial yang nyata seperti Jumat Berkah, reklamasi tambang, hingga pengerukan sedimentasi sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan.
Namun, YR justru disingkirkan secara keji dan sistematis. “Konspirasi dijalankan dengan narasi kotor. Fitnah, pembusukan karakter, dan penggiringan opini publik diarahkan untuk menghancurkan kredibilitas YR. Dan semua ini tak lepas dari skenario JOKER yang merasa terganggu oleh kehadiran sosok dengan agenda sosial yang terang benderang,” papar Ato.
Fenomena ini, menurut Ato, bukan sekadar persaingan antar figur, tetapi representasi dari konflik antara kekuasaan gelap dan tata kelola yang berkeadilan. “Jika negara terus membiarkan kekuatan semacam JOKER mengendalikan lapangan, maka kerusakan lingkungan, sosial, dan moral akan terus menjadi warisan abadi dari aktivitas tambang ilegal,” tegasnya.
Ato menyerukan kepada aparat penegak hukum, lembaga pengawas PETI, dan unsur pihak terkait untuk membongkar struktur informal yang diduga berada di balik kendali JOKER. “Kita tidak bisa terus membiarkan aktor gelap mengendalikan sumber daya lokal hanya karena mereka pandai bersembunyi di balik kaki tangan,” tandasnya.
Saat dihubungi secara terpisah, pihak YR belum memberikan tanggapan. Upaya konfirmasi yang dilakukan redaksi melalui sambungan telepon belum memperoleh respon resmi hingga berita ini diterbitkan.
Dalam lanskap tambang ilegal Pohuwato, JOKER bukan sekadar mitos—ia adalah simbol dari korupsi moral, manipulasi sosial, dan kehancuran ekologis. Jika dibiarkan, ia akan terus menghisap atensi demi kekuasaan, sementara rakyat dan lingkungan menjadi korban abadi dari permainan bayangan yang tak tersentuh hukum. TimRedaksi